HUT RI 17 Agustus 2017


seorang anak kecil menggunakan menempelkan stiker bendera merah putih di pipi dalam rangka memperingati Hut RI 17 Agustus 2017 di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)

Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang jatuh setiap 17 Agustus, kerap diwarnai oleh berbagai lomba yang seru dan mengasyikkan plus mengundang gelak tawa.

Sejarawan dan budayawan JJ Rizal, mengatakan bahwas tradisi lomba yang kerap menghiasi perayaan HUT Kemerdekaan RI itu muncul pada tahun 1950-an.
"Masyarakat sendiri yang memunculkan lomba-lomba itu sejak perayaan HUT  Kemerdekaan RI yang ke-5. Sebelumnya tidak ada lomba," ujarnya.
Lebih lanjut Rizal mengatakan masyarakat kala itu begitu antusias ingin memeriahkan perayaan HUT Kemerdekaan RI yang berhasil diperjuangkan dengan cara yang menyenangkan.
Bahkan presiden pertama Indonesia, Soekarno, kata Rizal, adalah salah satu orang yang paling bersemangat dengan lomba 17 Agustus ini.
Inilah yang membuat tradisi lomba 17 Agustus semakin menyebar luas di seluruh Tanah Air. Dan perlu diketahui, bahwa dibalik kemeriahan perayaan HUT RI lewat berbagai lomba tersebut, ada filosofi atau makna yang terkandung di setiap jenis lomba.
Lantas, bagaimana pula sejarah dari lomba panjat pinang? Mengutip dari laman Wikipedia, Panjat Pinang disebutkan perlombaan ini menjadi objek bahan tertawaan penjajah Belanda.
Panjat pinang berasal dari zaman penjajahan Belanda yang sering digelar acara besar seperti hajatan, pernikahan, dan lain-lain.
Pesertanya orang-orang pribumi yang memperebutkan 'barang mewah' waktu itu, biasanya bahan makanan seperti keju, gula, pakaian kemeja.
Ketika orang pribumi bersusah payah untuk memperebutkan hadiah, para orang-orang Belanda menonton sambil tertawa. Tata cara permainan ini belum berubah sejak dulu.
Anak-anak mengikuti lomba panjat pinang di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)

Ekspresi seorang anak tertimpa temannya saat mengikuti lomba panjat pinang di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)

Sedangkan lomba balap karung, lanjut dia, mengingatkan rakyat Indonesia saat masa-masa sulit dijajah Jepang. "Saat Indonesia dijajah Jepang, mayoritas rakyat ketika itu pakaiannya adalah karung goni," ungkap Rizal.

Anak-anak berlomba memenangkan lomba balap karung di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)


Seorang anak terjatuh saat mengikuti perlombaan balap karung di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)

Nah, kalau lomba tarik tambang, kata Rizal, memiliki makna gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas masyarakat Indonesia.

Anak-anak antusias mengikuti perlombaan tarik tambang di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)

Ekspresi seorang anak menarik tambang pada perlombaan tarik tambang di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)

Kondisi tangan peserta lomba tarik tambang di Cibubur, Jakarta Timur. (Asprilla Dwi Adha)
.


Beragam Doorprize untuk para warga yang telah ikut serta dalam acara HUT RI 17 Agustus 2017 di Cibubur, Jakarta Timur (Asprilla Dwi Adha)

Foto: Asprilla Dwi Adha
Teks: dikutip dari Suara.com

Komentar

Postingan Populer